Optimis Jatim Bangkit dan UMKM Naik Kelas Bagian I.

    Jum’at, 20 Mei 2022, harian surat kabar yang berbasis di Surabaya, Jawa Pos mengadakan podcasat dengan Direktur Pascasarjana Universitas Islam Malang yang juga sekaligus Komisaris Independen Bank Jatim, Prof. H.M. Mas’ud Said, MM., Ph.D. bekerjasama dengan Dinas Komunikasi dan Informasi Provinsi Jawa Timur (Diskominfo Jatim). Podcast dengan reporter Jawa Post, Aulia Mawadhika dan Prof. Mas’ud berlangsung di Gedung Perpustakaan Unisma.

    Podcast kali ini bertemakan “Optimis Jatim Bangkit dan UMKM Jawa Timur Naik Kelas Bagian I”.

    Reporter Jawa Post membuka podcast dengan menjelaskan profil UMKM di Jawa Timur yang merupakan salah satu sektor esensial di Jawa Timur yang menaungi sebagian besar para pekerja di Jawa Timur.

    “Tentu kita mengetahui bahwa UMKM merupakan salah satu penopang terkuat ekonomi, karena supply dan demand, bahan baku bisa dari hulu ke hilir, dan juga multiplier effect terhadap perputaran ekonomi masyarakat. Dan untuk itu bagaimana ini dinaikkan kelasnya dan apa indikatornya agar bisa menjadi UMKM yang kuat dan sehat secara kemampuan bayar, bankable dalam transaksi, terpercaya secara karakter, serta accountable secara keuangan dan proses?” tanya reporter.

    Lalu kemudian Prof. Mas’ud yang kali ini juga sebagai perwakilan dari penerjemah program Ibu Gubernur Jawa Timur, Ibu Khofifah Indar Parawansa menjawab pertanyaan yang tadi dilontarkan oleh reporter.

    Namun sebelum menjawab pertanyaan tersebut, Aulia menanyakan sesuatu lebih lanjut lagi.

    “Apakah adanya program-program khusus dari Bank Jatim dalam mendukung UMKM di Jatim?” tambah reporter.

    Prof. Mas’ud kemudian menjawab dengan nada yang sangat bersemangat dan rasa optimism yang tinggi bahwa suatu saat nanti UMKM di Jawa Timur akan bisa naik ke level yang lebih tinggi.

    “Jadi kami optimis bahwa Jatim Bangkit dari dua tahun lebih pasca pandemi!” Tegas Prof. Mas’ud.

    “Dan itu indicator ekonominya juga jelas, 5,17. Untuk Bank Jatim sendiri ini concern karena BPD (Bank Pembangunan Daerah) yang menjual sahamnya kepada publik, alias tbk atau terbuka. Kita juga punya direktorat tersendiri, Direktorat Konsumer Retail dan Usaha Syariah. Kita juga punya direktorat sendiri yang bisa memberikan pembiayaan khusus kepada KUR (Koperasi Usaha Rakyat) dan kepada UKM dan UMKM yang berjumlah sekitar 2 triliun lebih untuk belasan ribu UMKM yang ada di Jawa Timur” Ujar Komisaris Independen Bank Jatim Tersebut.

    “Ibu Gubernur selalu berpesan kepada kita bahwa ada lima hal yang ingin disampaikan. Pertama, karena UMKM itu take over, jumlahnya sekitar 9,7 juta, angka yang sangat fantastis. Menjadikannya penyumbang pendapatan masyarakat secara optimum dan paling kuat menghadapi ujian pandemic. Kalau perusahaan besar ini kebanyakan tutup, maka UMKM ini tidak. Ini semua sudah teruji dimana-mana bahkan di Asia. Dari Bank Jatim sendiri ini ada dua skema, KUR dan Kredit UMKM baik yang konvensional maupun yang syariah, ini jumlahnya fantastis. Kita hanya 3-6% saja. Kalau pengusaha besar itu 10-12%. Hanya separuhnya saja dan ini juga sebagai komitmen agar tidak memberatkan.” Tambahnya lagi.

    “Lima komitmen tadi Ibu Gubenur Khofifah ingin agar UMKM Jatim bisa go international dan naik kelas. Di 2021, saya melihat ada 17 yang sudah dikurasi oleh BI (Bank Indonesia) dan mulai menjual produknya ke Jepang, China, dan beberapa negara lainnya. Ibu Gubernur ingin UMKM bisa yang hanya mulanya hanya menservis kepada tetangganya, saudaranya, sekarang sudah bisa ke negara tetangga naik kelas. Kedua, sekitar 318 yang dikurasi dari daerah akhirnya go national. Makanya Ibu Gubernur itu seringkali ke daerah lain sekaligus untuk melakukan misi dagang. Dalam misi dagang tersebut, saya ikut yang ke Sumatera Selatan, dan beberapa tempat. Pengusaha-pengusaha kecil Jawa Timur pada ikut dengan naik berbagai macam moda transportasi untuk menaruh beberapa produknya disana. Buyer nasional itu datang kesitu lalu dibeli, bukan hanya satu dua keranjang, bahkan kadang-kadang setengah triliun”. Imbuh seorang yang merupakan lulusan S3 dari Australia tersebut.

    “Lalu ada digitalisasi. Jack Ma bilang “80-90% of the threat is a small enterprise, and 90% will be e-commerce”. Semuanya digital. Misalkan onde-onde diantarkan ke Sumatera itu kan tidak mungkin, nah semuanya di package dengan baik atau semacam frozen. Gudeg, dan Rujak juga bisa di frozen, hanya hati yang tidak bisa” selang Prof. Mas’ud sambil sesekali bercanda.

    “Ketiga, bagaimana memberikan support kepada UMKM secara Quality Development and Control. Buyer dari Internasional itu kebersihan nomor satu. Kualitas atau rasa itu nomor dua, kemudian presentasi nomor tiga, disamping produk non -halal yang harus ditulis non-halal. Kami di Unisma dan ISNU Jatim juga mensupport. Kami juga sedang men-training kurang lebih 3.500 UMKM Jatim, sekarang ada 1.100. Lalu ada kredit permodalan. Ada dua Bank, salah satunya adalah Bank UMKM di Provinsi yang kita support dananya. Jadi mereka ngambil di Bank Jatim, lalu dia dapat limit berapa untuk hasilnya itu dan nanti dijual. Itu juga dari kami Sebagian. Kalau Bank Jatim itu adalah kakaknya atau bapaknya diibaratkan. Aset kami naik ketika Ibu Gubernur Khofifah menjabat, dari 87 T, naik 20T menjadi 107 T. Ibu Gubernur Khofifah mengklaim bahwa ini tidak ada di BPD lainnya selain di Bank Jatim”. Jelas Prof. Mas’ud.

    “Jaminan agar UMKM kuat, Ibu Gubernur juga membuat Value Chain dimana orang dari UMKM itu tidak seperti dari kelas bawah. Kecil tapi bisa menerobos pasar yang luas itu lebih baik daripada besar tetapi hanya bisa merambah yang kecil-kecil saja seperti di kabupaten atau kecamatan. Itulah yang disampaikan”. Tambahnya lagi. 

    “Akses perbankan dan koperasi ini menjadi penting, saya rasa kementerian, dinas koperasi dan UMKM, Kominfo semuanya mendukung hal itu, dan terimakasih karena selalu mendengungkan Jatim Bangkit UMKM naik kelas, agar diri kita bisa lebih maju dan progresif”. Jelas Guru Besar di bidang Ilmu Administrasi, Manajemen, Sosial dan Poilitik tersebut.

    “40% distribusi barang dan jasa di Indonesia timur, sekitar 14 provinsi itu semuanya berasal dari Jawa Timur. Oleh karena itu, pasar sangatlah luas. Surabaya ini adalah kota kejayaan dan yang berada paling dekat di timur. Kalau di Jakarta kita pakai pesawat, itu barang-barang bisa tetapi nanti menjadi cost. Sedangkan bagi pengusaha cost itu tidak baik karena akan menambah harga dan tidak akan bisa bersaing. Apabila ini dari Surabaya yag tidak hanya ada di Tanjung Perak, terlebih lagi Ibu Gubernur ini juga membangun HAPS dari Banyuwangi. Kalo di Banyuwangi ini bisa reduce time sekitar dua jam, lebih dekat dengan Bali, NTT, NTB, dan pulau lain di timur dan mereka itu semua produknya itu berasal dari Jawa Timur” Jelas Prof. Mas’ud.

Sumber Berita: Tim Ahli Pusat Studi Jatim (01/06).